Sebagian ruas jalan di Kampung Bojong Citepus, Kelurahan Cangkuang Wetan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, mulai mengering, Kamis (27/4). Sebagian lainnya masih berlumpur, bekas banjir yang menggenangi kampung di tepi Sungai Citarum ini seminggu lalu. Masyarakat sibuk mengangkut kembali perabotan rumah dari lantai dua ke lantai satu. Aktivitas ini menjadi pemandangan biasa bagi warga Bojong Citepus hampir setiap tahun. Saat banjir datang, perabotan diangkut ke lantai atas agar tidak hanyut atau rusak akibat luapan air Sungai Citarum.
Selain lumpur dan kesibukan menata kembali rumah, diare juga menjadi "langganan" masyarakat kampung itu usai banjir menyerang. "Sudah enam hari saya tiduran di kasur. Baru hari ini bisa bangun, tetapi berkali-kali masih harus ke kamar kecil," papar Reska (25), warga RT 01/09 Kampung Bojong Citepus. Diare juga menyerang sebagian besar warga Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah. "Diare sudah menjadi langganan di daerah ini. Kalau habis banjir tidak ada yang menderita diare, berarti hebat," kata Aisyah (40), warga RT 01/13 Andir.
Sementara, Hadi (5), warga Kelurahan Andir yang baru duduk di kelas I sekolah dasar, tidak masuk sekolah selama dua hari gara-gara diare. Ibunya membawanya ke puskesmas. Koordinator Survei Pengamatan dan Penyuluhan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Baleendah Suhara mengatakan, puskesmas selalu siap melayani para korban banjir dengan pengobatan gratis. "Di sini selalu ada dua petugas jaga selama 24 jam, siap melayani korban banjir," ujar Suhara.
Selain itu, setiap banjir datang, Puskesmas Baleendah menurunkan tim yang terdiri dari lima orang untuk membagikan obat-obatan kepada warga. "Tapi yang paling menolong sebenarnya warga sendiri. Karena sudah terbiasa kebanjiran, mereka tahu apa yang harus dilakukan saat terserang penyakit akibat banjir," katanya. Diare, kata Suhara, adalah penyakit langganan bagi korban banjir. Sebab, air Sungai Citarum banyak mengandung kuman dan bakteri akibat tercemar limbah pabrik yang ada di Dayeuhkolot dan Majalaya. Oleh karena itu, warga tidak diperkenankan mengonsumsi air sungai. Selain obat diare, Puskesmas Baleendah juga menyediakan obat- obatan P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) di hampir semua RT. (Mohammad Hilmi Faiq)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar